Ekspor Minyak Sawit pada 2021 Diprediksi Belum Pulih
JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi kinerja ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunannya pada 2021 belum kembali pulih.
Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono, menjelaskan faktor yang mempengaruhi pasar ekspor, antara lain perbedaan situasi perekonomian berbagai negara tujuan ekspor, baik yang sudah mulai membaik (recover) maupun yang mengalami gelombang ke tiga pandemi Covid-19.
“Dugaan saya tahun depan itu mungkin belum 100 persen pulih untuk ekspor, karena ‘the new normal’ itu mungkin akan terjadi beberapa perubahan perilaku dalam konsumsi,” kata Joko dalam konferensi pers 16th Indonesian Palm Oil Conference and 2021 Price Outlook secara virtual, Jumat (20/11/2020).
Meski pasar ekspor diprediksi belum pulih, Joko mengatakan konsumsi pasar domestik masih menjadi keberuntungan bagi industri sawit.
Menurut Joko, pemerintah masih konsisten dalam merealisasikan mandatori biodiesel B30, yang menjadi andalan bagi pasar domestik, sehingga mampu menyeimbangkan pasokan dan permintaan minyak sawit.
Selain biodiesel, konsumsi oleochemical yang menjadi bahan baku pembersih, seperti disinfektan, sabun cuci tangan, hingga hand sanitizer, juga meningkat signifikan, seiring dengan diterapkannya protokol kesehatan.
“Secara keseluruhan, domestik naiknya hampir 3 persen, yang menyebabkan naik itu biodiesel 27 persen dan oleochemical naiknya 49 persen, diduga faktor pembersih yang menggunakan bahan baku sawit,” kata Joko.
Berdasarkan catatan Gapki, kinerja ekspor minyak sawit pada September 2020 mencapai 2,76 juta ton, naik sekitar 3 persen dari Agustus yang sebesar 2,68 juta ton. Kenaikan ekspor ini, kata Joko, disebabkan sudah mulainya pemulihan ekonomi di beberapa negara.