Hujan Hambat Proses Pengawetan Teri dan Ikan Asin
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Hujan yang melanda wilayah Lampung Selatan (Lamsel) sejak sepekan terakhir menghambat proses pengawetan teri dan ikan asin rebus.
Rohim, salah satu pekerja pembuatan teri dan ikan asin yang diawetkan dengan proses perebusan mengalami kendala pengeringan. Proses pengeringan terkendala hujan berimbas teri dan ikan berjamur, rusak bahkan tidak laku dijual.
Pengeringan mengandalkan sinar matahari dalam proses pembuatan teri dan ikan asin membantu proses pengawetan. Dalam sehari bahan baku yang dipergunakan untuk pembuatan ikan asin dan teri rebus menurutnya, mencapai ratusan kilogram. Saat pasokan melimpah bahan baku teri jengki, teri nasi, ikan tanjan dan japu mencapai satu ton.
Kondisi cuaca panas untuk proses pengeringan sebut Rohim, berfungsi menjaga kualitas teri dan ikan asin yang akan diawetkan. Penggunaan garam sebagai alat pengawet menjadi cara menjaga mutu produk olahan ikan yang akan dijual dalam bentuk kering. Namun faktor hujan kerap menurunkan kualitas ikan asin dan teri yang sedang dijemur pada tempat produksi.
“Butuh waktu normal sekitar dua hari usai teri dan ikan direbus untuk pengeringan. Namun imbas hujan bisa mencapai sepekan, teri dan ikan asin kerap membusuk. Sementara pengepul menginginkan kualitas kering sempurna yang bertujuan menjaga tingkat keawetan dalam penyimpanan,” terang Rohim saat ditemui di Muara Piluk, Bakauheni, Jumat (6/11/2020).
Ariadi, pekerja lain di tempat produksi teri dan ikan asin rebus mengaku, hujan berdampak biaya operasional meningkat. Sebab pemilik usaha harus menyediakan plastik khusus untuk menutup teri dan ikan asin yang telah dikeringkan. Penggunaan senoko atau para-para bambu memudahkan para pekerja melakukan pengangkatan saat hujan tiba-tiba turun.