Jatuh Bangun, Warga Tuban Akhirnya Sukses Budi Daya Calina

Editor: Koko Triarko

Tidak patah arang, ayah empat orang anak ini kembali menanam tanaman yang dinilai lebih menguntungkan, yakni dengan menanam jahe merah. Menurutnya, tanaman jahe merah secara prospek memang menguntungkan,  tapi ternyata tidak cocok jika ditanam di Tuban.

“Produktivitasnya tidak bisa tercapai, yang seharusnya per rumpun bisa menghasilkan 250 gram, tapi faktanya di lapangan hanya 70 gram. Akhirnya, kami merugi lagi,” ujarnya.

Kerugian demi kerugian yang dialaminya di bidang pertanian, ternyata justru membuat Imam makin penasaran untuk mencari reverensi tanaman lain yang cocok ditanam di daerah dataran rendah seperti Tuban.

“Akhirnya saya ngobrol dengan teman-teman di Bogor dan diberikan reverensi tanaman yang potensial untuk ditanam di dataran rendah, yakni pepaya, khususnya pepaya Calina. Meskipun saya tanam di awalnya juga gagal, tapi tanam ke dua berhasil, rasanya enak dan produktif,” tandasnya.

Dari situ kemudian Imam terus mengembangkan pepaya Calina, dan di tahun berikutnya membangun kemitraan sekaligus mulai menaikkan nama Negeri Hijau di 2013. Bahkan tidak lama berselang, agar bisa lebih fokus mengembangkan budi daya pepaya Callina, Imam memutuskan untuk melepas pekerjaannya di BUMN.

“Kami membangun kemitraan dengan beberapa petani yang memang dia punya uang, karena pepaya itu modalnya juga besar. Jadi petani tersebut kita rekrut, kemudian panennya kita beli dengan harga yang cukup tinggi, dan kita petakan pasar di Tuban,” terangnya.

Disebutkan Imam, untuk lokasi kebun pepayanya sendiri setiap tahun terus bergeser, karena pepaya tidak bisa berhenti di satu lokasi lebih dari dua tahun, karena efeknya nanti bisa berdampak pada munculnya penyakit. Saat ini, total ada 8 hektare lahan pertanian pepaya Calina yang dikelola bermitra dengan para petani di wilayah Blora, Pemulang dan Tuban.

Lihat juga...