Kurikulum Pendidikan Bencana Bisa Disisipkan dalam Mapel
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
SEMARANG – Mitigasi bencana perlu diajarkan sejak dini, agar masyarakat memiliki kesiapsiagaan. Termasuk melalui kurikulum pendidikan berbasis kepedulian lingkungan, yang diajarkan di sekolah, dari tingkat dasar hingga menengah atas.
“Ada keinginan dari masyarakat agar materi tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam, mulai dari banjir, tanah longsor, gunung meletus, hingga non alam misalnya kebakaran, diajarkan melalui kurikulum khusus di sekolah,” papar Ketua Pusat Studi Bencana, Universitas Negeri Semarang (Unnes), Rahma Hayati saat dihubungi di Semarang, Kamis (12/11/2020).
Hal tersebut mengacu pada pembelajaran muatan lokal, mata pelajaran Kepedulian pada Diri dan Lingkungan (KPDL).
“Jadi mulok (muatan lokal) tadi disesuaikan dengan tingkat ancamannya. Bagi masyarakat di Kota Semarang, ancaman terbanyak berupa banjir dan tanah longsor. Kemudian mereka yang tinggal di Kabupaten Magelang, Klaten, Boyolali yang dekat dengan Gunung Merapi, bisa ditambahkan tentang gempa bumi, gunung meletus atau erupsi. Mereka yang tinggal di sekitar kawasan pantai, bisa tentang kegempaan, tsunami,” terangnya.
Namun meski demikian, dirinya mendorong agar pembelajaran tentang kebencanaan khususnya terkait basic of life skills, tidak berdiri sendiri dalam satu mata pelajaran (mapel). Namun disisipkan dalam mapel yang sudah ada pada saat ini.
“Misalnya di pelajaran olahraga, diajarkan bagaimana menyikapi jika terjadi banjir atau tanah longsor, di pelajaran matematika, tentang sudut rawan longsor, lalu bagaimana menyikapinya. Ini dilakukan karena mapel yang ada sekarang ini sudah banyak, jadi kalau berdiri sendiri, kasihan beban siswa,” terangnya.