Memule Tetap Dilestarikan Umat Katolik Etnis Jawa di Lamsel
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Lantunan doa-doa didaraskan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi sejumlah anggota keluarga yang telah meninggal. Aloysius Rukun, memimpin doa memule, salah satu tradisi mendoakan bagi arwah keluarga yang telah meninggal. Umat Katolik beretnis Jawa tetap menjaga tradisi yang merupakan bagian inkulturasi tersebut.
Sebagai umat Katolik yang berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, memule tetap dilestarikan. Bulan November sebut Aloysius Rukun merupakan peringatan bagi arwah semua orang beriman dan peringatan orang kudus. Secara khusus Gereja Katolik melalui Paus Fransiskus memberi indulgensi atau penghapusan dosa bagi orang yang telah meninggal.
Melalui memule, Aloysius Rukun bilang umat Katolik yang masih berjuang di dunia tetap mengenang kerabat yang telah meninggal. Tradisi Gereja Katolik sebutnya mengacu pada Alkitab Perjanjian Lama dalam Kitab Makabe (2 Makabe 12: 42-45). Tradisi gereja universal mendoakan orang yang telah meninggal sesuai dengan iman akan persekutuan para kudus atau communio sanctorum.
“Memule yang dipertahankan bagi etnis Jawa dan umat Katolik berangkat dari keyakinan bahwa Tuhan adalah Allah yang penuh kasih, kerahiman sehingga persekutuan orang kudus baik yang masih hidup maupun telah meninggal tetap saling berhubungan,tetap mendoakan,” terang Aloysius Rukun saat ditemui Cendana News, Minggu malam (29/11/2020).
Sepanjang bulan November Alyosius Rukun bilang indulgensi diberikan bagi arwah keluarga yang telah meninggal. Cara yang dilakukan sebutnya dengan menziarahi makam keluarga, berdoa bagi arwah orang yang telah meninggal. Selain berziarah melakukan doa di gereja dan rumah menjadi cara mendapat pengampunan penuh dan sebagian bagi orang yang meninggal dan yang mendoakan.