Mengolah Kopi jadi Ragam Produk Bisnis
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Setelah cukup memahami kopi, akhir tahun 2016, Eni pun merintis usaha kopi dengan brand Gandasari Coffee tersebut. Rumah produksinya ada di wilayah Bekasi utara dan melibatkan tenaga kerja setempat.
Wanita asal Kebumen ini mengaku, berkat keuletannya memasarkan produk dan membangun jaringan untuk mengenalkan produk kopi olahannya, akhirnya berhasil mendapat pesanan.
Tak perlu waktu lama, kurun waktu tiga tahun, usahanya berkembang. Ia pun memberi kunci sukses, yang utama memang pada cara pengolahan, jika menggunakan gerabah, memang lebih pulen, dan memiliki aroma yang juga lebih khas. Cara itu dipilih Eni juga untuk melestarikan tradisi mengolah kopi yang sudah dilakukan turun-temurun di Indonesia.
Menekuni dunia bisnis baginya bukan hal baru, karena sebelumnya juga sudah pernah jatuh bangun di bidang fashion bahkan properti. Hingga membuatnya pernah jatuh sampai ke titik nol.
Dengan mengusung konsep palugada (apa lu mau gua ada), produk kopi racikan Eni kini sudah dipesan dari berbagai daerah melalui reseller dan lainnya, beromzet cukup lumayan. Dari keseluruhan produk yang ada, ia mengaku beromzet Rp 30 juta per bulan.
“Doakan saja, rencananya, Januari 2021, akan ekspor ke Mesir. Selama pandemi ini, omzet turun drastis hingga 80 persen. Tapi sekarang, mulai bangkit setelah penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB),” ujarnya.
Namun, ia tak ingin menyerah dengan keadaan. Berbagai cara terus ia lakukan agar bisnisnya tetap bertahan. Berkat pengalaman selama belasan tahun di berbagai negara ketika merantau menjadi pekerja, jaringan selama belasan tahun di luar negeri tersebut, juga ia aktifkan kembali.