Musim Tanam Tiba, Ketersediaan Pupuk Bersubsidi Masih Terbatas

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

SEMARANG – Sudah hampir sebulan, Safrudin, memulai musim tanam jagung di lahan seluas dua hektare yang disewanya di kawasan Beringin, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Tunas jagung setinggi kurang lebih 20 sentimeter pun sudah tumbuh, berderet memanjang rapi.

Pagi itu, dirinya mulai proses pemupukan. Segenggam pupuk urea yang sudah dicampur pupuk KCL, segera disebarkannya di samping tunas jagung yang mulai tumbuh. Satu per satu, tidak ada yang luput. Semua kebagian rata, satu genggam satu tunas.

Petani jagung, Safrudin, menunjukkan pupuk subsidi dan non subsidi yang dicampurnya, untuk memenuhi kebutuhan pupuk selama musim tanam, saat ditemui di kawasan Beringin, Ngaliyan, Semarang, Senin (16/11/2020). Foto: Arixc Ardana

Dengan luas lahan mencapai dua hektare, aktivitas tersebut pun cukup melelahkan. Caping yang dikenakan juga seakan tidak mampu melindungi dari sengatan sinar matahari. Butiran keringat pun sudah mulai muncul, menjadi penghias wajahnya.

“Harus diberi pupuk satu-satu, kalau terlewatkan nanti pertumbuhan jagung tidak bisa maksimal. Pemupukan ini dilakukan dua kali, saat mulai muncul tunas seperti sekarang, sama nanti saat tanaman jagung mulai berbunga. Harus dipupuk,” paparnya, saat ditemui di sela aktivitasnya bertani, Senin (16/11/2020).

Pupuk menjadi salah satu elemen penting, agar pertanian jagung yang dikelolanya berhasil. Tanpa itu, bisa jadi modal yang dikeluarkan hingga tenaga yang dihabiskan dalam merawat tanaman jagung akan sia-sia.

“Kalau tidak diberi pupuk bisa puso, atau gagal panen. Kalau pun panen, isi dalam bonggol jagung tidak penuh. Hasilnya sedikit, petani pasti merugi,” tambahnya.

Lihat juga...