Pakar Sebut Alat Ukur Peta Pandemi Covid-19 di Daerah, Bermasalah
BANJARMASIN – Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19, Hidayatullah Muttaqin, SE., M.Si., Pg.D., menilai banyak daerah bermasalah dengan alat ukur dan pembukaan sekolah dikhawatirkan menjadi sumber ledakan kasus positif Covid-19.
“Terutama terkait kriteria WHO seperti jumlah testing yang sangat rendah, jauh dari standar WHO dan positive rate yang sangat tinggi,” ujar dia di Banjarmasin, Senin (23/11/2020).
Di sebagian daerah di Indonesia, ungkap dia, ada kecenderungan makin turunnya jumlah tes Covid-19 sejak Agustus. Turunnya jumlah tes menyebabkan turunnya tambahan kasus baru di daerah-daerah tersebut. Ada kecurigaan, penurunan tes PCR di berbagai daerah tersebut terkait dengan momen pilkada.
Meskipun terjadi penurunan kasus baru penduduk yang terinfeksi karena turunnya jumlah tes PCR, daerah-daerah tersebut mengalami positive rate yang sangat tinggi. Bahkan, ada daerah yang angkanya di atas 40 persen dengan jumlah tes yang sangat minim, merasa pandeminya sudah terkendali sehingga ingin membuka sekolah.
“Bisa dibayangkan, bagaimana risiko pembukaan pembelajaran tatap muka untuk daerah dengan kondisi seperti itu. Risiko penularan tidak hanya dapat terjadi di dalam sekolah, tetapi juga di luar sekolah,” paparnya.
Meskipun suatu sekolah, misalnya sudah sangat ketat dalam melaksanakan protokol kesehatan dalam proses pembelajaran, pihak sekolah tidak dapat mengontrol risiko mobilitas guru dan murid saat berangkat dan pulang dari sekolah.
Pembukaan pembelajaran tatap muka sudah pasti akan mendorong mobilitas penduduk makin mengarah pada situasi seperti sebelum pandemi terjadi.