Penguatan ASEAN di Era Presiden Soeharto
Bagi Indonesia kerja sama regional itu bukanlah keinginan belaka, melainkan suatu keharusan, sebab hanya dengan kerja sama yang erat dalam mencapai kemajuan ekonomi, kami akan dapat mewujudkan keamanan yang memang diperlukan oleh bangsa-bangsa di Asia Tenggara.
BERTEPATAN dengan momentum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-37 yang dilaksanakan mulai 12 hingga 15 November 2020 di Pusat Konvensi Internasional (ICC) di Hanoi —dan dibuka oleh Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc secara virtual— setidaknya ada beragam catatan penting sejarah, peranan Indonesia di ASEAN pada saat Soeharto menjadi Presiden RI ke-2 hingga kiprahnya mendapat apresiasi sejumlah pemimpin negara-negara sahabat di Asia Tenggara.
Dalam buku 50 Inisitaif Pak Harto untuk Indonesia & Dunia, terbitan Yayasan Harapan Kita (2016), Mahpudi menyebutkan di tengah usaha memulihkan kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya bangsa akibat pengkhianatan G30S/PKI, Pemerintah Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto juga memulihkan hubungan Indonesia dalam dunia internasional.
Lebih lanjut dikatakan Mahpudi, Pak Harto menyadari bahwa kawasan bangsa-bangsa di Asia Tenggara masih serumpun dan memiliki hubungan sejarah yang sama. Pada sisi lain bangsa-bangsa tersebut juga memiliki kepentingan dan masalah yang tak jauh berbeda yakni kemakmuran dan ketenteraman hidup.
Karenanya Pak Harto dalam sebuah kesempatan mengungkapkan: “Bagi Indonesia kerja sama regional itu bukanlah keinginan belaka, melainkan suatu keharusan, sebab hanya dengan kerja sama yang erat dalam mencapai kemajuan ekonomi, kami akan dapat mewujudkan keamanan yang memang diperlukan oleh bangsa-bangsa di Asia Tenggara.”