Penguatan ASEAN di Era Presiden Soeharto

“Tak mengherankan bila Indonesia menjadi pelopor ketika sejumlah pemimpin bangsa-bangsa Asia Tenggara menggagas sebuah organisasi yang menghimpun dan membangun kerja sama antarbangsa se-Asia Tenggara,” kata Mahpudi.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pertemuan yang digelar di Bangkok, Muang Thai (kini dikenal sebagai Thailand), sejak 5 Agustus 1967 dihadiri oleh sejumlah Menteri Luar Negeri akhirnya melahirkan deklarasi Bangkok yang ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh Narciso Ramos (Menteri Luar Negeri Filipina), Adam Malik (Menteri Luar Negeri Indonesia), Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Muang Thai), Tun Abdul Razak (Wakil Perdana Menteri Malaysia), dan S. Rajaratnam (Menteri Luar Negeri Singapura).

Deklarasi Bangkok merupakan landasan bagi berdirinya ASEAN (Associations of South East Asian  Nations) yang pokok maksud dan tujuannya adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan, meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional, serta meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi.

Tak sebatas menjadi pelopor, Pak Harto juga menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk organisasi ini menjalankan roda organisasi. Pada KTT ASEAN ke-1 yang berlangsung di Bali tahun 1976 disepakati untuk menjadikan Jakarta sebagai kedudukan sekretariat ASEAN. Maka dibangunlah gedung sekretariat ASEAN di Jalan Sisingamangaraja Jakarta yang diresmikan oleh Pak Harto pada 9 Mei 1981.

Menurut Mahpudi, dalam berbagai kesempatan Pak Harto memperlihatkan kesungguhannya dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya solidaritas ASEAN. Salah satunya adalah ketika KTT ASEAN ke-3 hendak digelar di Manila, sementara situasi keamanan Filipina yang kala itu dipimpin oleh Ny. Corazon Aquino kurang kondusif sehingga menimbulkan keraguan di antara para pimpinan ASEAN.

Lihat juga...