Penguatan ASEAN di Era Presiden Soeharto
“Namun saya ingat, Soeharto memberitahu saya di Bali pada tahun 1975 bahwa jika ASEAN melanjutkan kebijakan yang berbeda terhadap persoalan Indochina, tekad kita untuk menentang komunis akan meremuk. Indonesia dan Singapura memegang teguh dan berdiri erat bersama dalam masalah ini,” ungkapnya.
Lee Kuan Yew mengatakan, Soeharto menciptakan suatu era stabilitas dan kemajuan di Indonesia. “Hal ini membangkitkan kembali keyakinan internasional di wilayah kita, dan membuatnyan menjadi atraktif untuk investasi asing serta mendorong kegiatan ekonomi. Pada saat itu, perkembangan ekonomi penting untuk menjaga wilayah ini dari ketidakpuasan dalam negeri yang dapat mendorong terciptanya pro-komunis,” jelasnya.
Soeharto, kata Lee Kuan Yew, juga berperan penting dalam kesuksesan ASEAN. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia secara alamiah mempunyai makna strategis. Di bawah Soeharto, Indonesia tidak bersikap seperti sebuah negara hegemoni. Indonesia tidak bersikap terhadap pandangan dirinya, tetapi juga mempertimbangkan kepentingan-kepentingan negara lain dalam ASEAN.
“Sikap ini membuat Indonesia diterima oleh anggota ASEAN lain sebagai the first among equals, atau yang terutama di antara yang sederajat, dan memungkinkan ASEAN berkonsolidasi di tengah saat-saat yang tidak menentu dan bergejolak,” kata Lee Kuan Yew.
Sementara Sultan Haji Hassanal Bolkiah, mengungkapkan, pada tahun 1981, Negara Brunei Darussalam tidak lama lagi akan mencapai kemerdekaan sepenuhnya dan justeru itu ingin mendapat sokongan terhadap pencalonan dan keanggotaannya di dalam pertubuhan ASEAN.
“Bagi ASEAN, kemasukan Brunei sebagai anggota baru merupakan suatu langkah yang penting karena ianya merupakan penambahan keanggotaan ASEAN yang pertama sejak ianya ditubuhkan melalu Pengisytiharaan Bangkok pada tahun 1967,” jelasnya dalam buku Pak Harto The Untold Stories.