Penguatan ASEAN di Era Presiden Soeharto

Fidel Ramos pun tak canggung dan ketika bertemu dengan Pak Harto mengungkapkan yang berkaitan dengan penyelesaian konflik internal di Filipina . Saat itu, di Filipina terjadi pemberontakan kaum Muslim Moro yang digerakkan oleh MNLF (Moro National Liberation Front), di bawah pimpinan Nurmisuari di Filipina Selatan yang menuntut kemerdekaan.

Berbekal dukungan dari Pak Harto, ia pun melakukan pendekatan dengan Pemimpin Libya, Kolonel Muamar Khadafi, yang memiliki pengaruh kuat terhadap gerakan MNLF ini. Dan kemudian Khadafi juga memberikan komitmennya untuk mendukung proses perdamaian di Filipina Selatan.

Dikatakan Fidel Ramos, Pemerintah Filipina dan MNFL pun siap bertemu. Tripoli menghendaki agar pertemuan dilakukan di tempat yang netral. Dengan difasilitasi oleh Pak Harto, pertemuan itu akhirnya dilaksanakan di Istana Cipanas, Jawa Barat. Perundingan damai digelar pada 14-17 April 1993 dan dihadiri faksi-faksi yang bertikai.

“Perundingan itu membuahkan sejarah besar bagi kami bangsa Filipina, yaitu terciptanya kesepakatan damai antara mereka yang bertikai dan mempersatukan kembali bangsa kami yang beragam dalam naungan kesatuan nasional Filipina,” tandasnya.

Itulah sejumlah peranan Presiden RI ke-2, Soeharto di ASEAN hingga kemudian ia mendapat apresiasi dari para pemimpin negara-negara sahabat di Asia Tenggara. Pak Harto diawal memegang tampuk kepemimpinan nasionalnya berupaya keras memulihkan hubungan Indonesia dalam dunia internasional. Pada 11 Agustus 1966, misalnya, Pak Harto juga mendorong normalisasi hubungan dengan Malaysia pascakonfrontasi, disusul pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali aktif menjadi anggota PBB. ***

Lihat juga...