Tenaga Kerja Sektor Pertanian, Sumber Penghasilan Penuhi Kebutuhan Harian
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Pada sektor pertanian padi, tenaga kerja dibutuhkan pada proses pengolahan lahan, penyiapan bibit, penyiangan gulma hingga panen.
Basri, petani di Desa Tanjung Heran menyebut, selain hortikultura pertanian padi jadi usaha yang menyerap tenaga kerja padat karya. Pada proses pengolahan lahan manual ia membutuhkan sebanyak dua orang tenaga kerja.
“Saat ini hanya butuh mesin traktor sehingga jasa pengolahan lahan dibayar sistem borongan lima ratus ribu, sesuai dengan luasan lahan,” bebernya.
Saat proses penyiapan bibit ia membutuhkan tenaga kerja mencabut bibit dari persemaian atau ndaut. Upah sebesar Rp65.000 diberikan olehnya bagi tenaga ndaut dan bagi penanam padi atau buruh tandur dibayar Rp75.000.
Memasuki masa penyiangan atau pembersihan gulma ia juga butuh tenaga kerja buruh matun. Per hari buruh matun diupah Rp75.000 sudah lengkap dengan makan dan minum.
Sarjiati, salah satu buruh matun menyebut, jasa pembersihan lahan sawah banyak dibutuhkan. Meski penggunaan herbisida bisa dilakukan namun pembersihan secara manual tetap dibutuhkan.
Saat masa pembersihan lahan ia menyebut bisa memenuhi permintaan hingga belasan lokasi. Matun pada sebanyak 10 lokasi ia memastikan bisa mendapat hasil Rp750 ribu.
“Pekerjaan membersihkan gulma bisa memakai dua hingga empat orang menyesuaikan luasan bidang sawah,” cetusnya.
Usaha jasa sektor pertanian penyerap tenaga kerja di antaranya jasa olah lahan memakai bajak. Bajak sistem manual dilakukan oleh Sarbini warga Desa Gandri memakai tenaga sapi.