Budi Daya Lele tak Semudah Dibayangkan
Editor: Koko Triarko
“Setelah dikuras, ikan dipuasakan atau tidak diberi makan sekitar dua jam, karena kondisinya pada saat itu sedang stres, dengan dipuasakan juga mengurangi tingkat kematian,” ucapnya.
Dedi mengaku jika sudah panen ada tengkulak yang siap angkat. Namun, ia tak menjualnya ke tengkulak karena rugi. Dirinya lebih memilih menjual langsung ke pedagang di pasar.
“Selisihnya lumayan, Rp200 per ekor kalau jual ke tengkulak dengan langsung jual ke pedagang. Harga Rp15.000 per kilogram oleh tengkulak atau penadah atau pengepul, dan Rp17.000 per kilogram ke pedagang, dan 1 kilogram berisi sekitar 7 ekor lele.
Namun jika ukuran lele sudah lewat batas, Dedi menjualnya ke pengepul untuk dipakai di pemancingan, dan harga jualnya pun lebih murah menjadi Rp14.000 per kilogram.
“Jika sudah panen, otomatis semua yang ada di empang harus keluar. Aalam artian dijual, nah untuk mensiasati agar empang tidak kosong, dari proses pemindahan dari kolam ke empang, saya sudah beli bibit lagi,” jelasnya.
Untuk modal awal beternak lele ini mulai dari pembuatan kolam, mesin pompa, dan sebagainya berkisar Rp3 juta, belum termasuk biaya bibit dan pakan. Ada 5 kolam untuk bibit dan 1 kolam untuk proses pembenihan.
“Saya ingin mencoba untuk melakukan proses benih sendiri. Kalau saya beli bibit terus, untungnya ga nambah-nambah, makanya saya coba proses benih sendiri,” ucapnya.
Sementara itu Atin, ayah Dedi menambahkan, bahwa ia sedang mencoba untuk melakukan proses pembenihan. “Ada 10 biang, dan sedang saya pilih-pilih yang paling subur. Ya, semoga berhasil, kan bisa mengurangi pengeluaran, dalam hal ini membeli bibit,” pungkasnya.