Cegah Abrasi, 2000 Bibit Mangrove Ditanam di Desa Mangunharjo
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
SEMARANG – Pengelolaan kawasan pesisir, tidak hanya membutuhkan kerjasama masyarakat dengan pemerintah saja, namun juga dukungan swasta dan akademisi. Termasuk dalam menjaga kelestarian hutan mangrove.
“Banyak dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat, dengan kembalinya fungsi hutan mangrove di daerah Mangunharjo. Satu di antaranya, para nelayan mudah untuk mendapatkan ikan, dan tak perlu mencari hingga tengah laut,” papar warga Mangunharjo Mangkang Kota Semarang, Sururi, di sela kegiatan penanaman bibit mangrove, yang digelar Universitas PGRI Semarang bersama Puteri Indonesia Pariwisata di desa tersebut, Jumat (11/12/2020).
Dampak lainnya dengan seiring bertambahnya luasan hutan mangrove di kawasan tersebut, berupa luasan lahan atau daratan.
“Luas daratan di Mangunharjo kini telah bertambah panjang sekitar 150 meter dan lebar 600 meter. Ini karena abrasi yang terjadi, kini bisa teratasi,” lanjutnya.
Pihaknya, sebagai perwakilan masyarakat, mengaku terbantu dengan adanya penanaman mangrove, yang terus dilakukan oleh masyarakat dan stake holder lainnya.
“Dampak positifnya sudah dirasakan oleh masyarakat. Masih banyak yang harus ditanami bibit mangrove, gerakan ini juga harus terus dilakukan dan diperbanyak. Ini menjadi satu-satunya cara, agar abrasi bisa berkurang. Termasuk dalam mencegah agar gelombang air laut tidak sampai ke perkampungan,” tambahnya.
Hal senada disampaikan Rektor UPGRIS, Dr. Muhdi SH, M. Hum. Dijelaskan luas daratan di wilayah pesisir Kota Semarang, khususnya di Mangunharjo, terus mengalami pengikisan akibat abrasi air laut.
“Jika hal tersebut dibiarkan, abrasi akan mengancam wilayah penduduk. Saat air laut pasang dampaknya bisa berbahaya bagi warga sekitar. Untuk itu, kita dorong terus agar masyarakat, termasuk para mahasiswa UPGRIS memiliki kepedulian lingkungan. Salah satunya dengan menanam bibit mangrove di kawasan pesisir,” terangnya.