Cegah Kerusakan Lingkungan melalui Budi Daya Bonsai Kayu Langka
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Kerusakan lingkungan pesisir pantai di Lampung Selatan (Lamsel) terjadi imbas pembangunan. Kerusakan tersebut berimbas pada hilangnya sejumlah vegetasi khas pantai pesisir, salah satunya sentigi (phempis accidula). Jenis vegetasi penahan abrasi terjangan gelombang laut, angin kencang itu rusak oleh ulah manusia. Reklamasi, penjarahan jadi faktor utama.
Mempertahankan kelestarian tanaman vegetasi pantai yang mulai langka, Edi Yuwono, memilih melakukan penangkaran. Sistem penangkaran tanaman dikombinasikan dengan hobi yang dimilikinya dalam seni bonsai.
Seni memelihara tanaman bonsai sebutnya tidak hanya bertujuan mengerdilkan tanaman. Menurunnya pasokan bahan baku pohon sentigi berimbas tanaman itu memiliki harga mahal.
Kerusakan oleh perburuan dan mencari bahan kayu di pesisir Ketapang, Bakauheni, berimbas tanaman mulai langka. Tumbuh pada vegetasi pantai berlumpur, berbatu karang membuat sentigi jadi tanaman unik.
Jumlah tanaman sentigi di alam liar semakin berkurang oleh pembangunan jalan, tambak dan pelabuhan. Namun Edi Yuwono memilih indukan untuk mendapatkan benih.
“Batang pokok kayu sentigi diperoleh dari hasil pembongkaran lahan untuk pembuatan tambak memakai alat berat. Sebagian diperoleh dari sejumlah pulau di pesisir timur Lampung Selatan. Sudah sangat sulit mendapatkan sentigi karena sebetulnya tanaman ini sudah masuk kategori dilindungi,” terang Edi Yuwono saat ditemui Cendana News, Rabu (30/12/2020).
Edi Yuwono bilang, cara memperbanyak tanaman sentigi masih memakai cara generatif. Ia memanfaatkan batang yang diperkirakan mencapai puluhan tahun.
Batang indukan akan menghasilkan biji selanjutnya disemai menjadi bibit sentigi yang baru. Penyemaian memanfaatkan bahan bekas berupa gelas minuman plastik. Perbanyakan tersebut akan melindungi sentigi dari kepunahan.