Cuaca Buruk Sebabkan Nelayan Selat Sunda tak Bisa Melaut
Editor: Koko Triarko
Guna menghindari kerusakan perahu bagan congkel dan bagan apung, nelayan telah melakukan pengaturan jarak. Pengaturan jarak sandar dilakukan dengan tali jangkar diletakkan jauh dari dermaga. Sementara jarak antara perahu dan dermaga sandar diatur dua hingga tiga meter. Pengaturan tersebut merupakan cara mencegah kerusakan bagian perahu imbas gelombang pasang.
Nelayan lain, Hasan, menyebut saat cuaca buruk ia memilih istirahat melakukan aktivitas penangkapan ikan. Kondisi perairan Selat Sunda masih membahayakan bagi aktivitas nelayan, terutama sore hingga malam hari. Perubahan cuaca di perairan Selat Sunda kerap berlangsung sejak sore hingga malam hari. Waktu luang digunakan olehnya dan sejumlah nelayan untuk membersihkan cekeng.
“Sebagian bidak atau anak buah kapal yang memiliki hak suara saat Pilkada Lampung Selatan, pulang, sebagian asal Banten ada yang tetap tinggal di perahu,”cetusnya.
Perbaikan bambu penopang dan pengangkat jaring pada perahu bagan congkel, menjadi pengisi waktu luang. Bambu pengangkat jaring kerap harus diganti setelah empat bulan. Selain cuaca buruk hambat aktivitas nelayan di Selat Sunda, fasilitas tambat tali perahu sebagian hancur. Kuatnya gelombang berimbas tergerusnya pondasi dermaga tambat untuk perahu nelayan.
Tahang, Ketua TPS Muara Piluk, menyebut ada 224 daftar pemilih tetap memiliki hak untuk mengikuti pemungutan suara. Nelayan yang memiliki hak untuk pemungutan suara dibagi dalam tiga tahap. Pertama diberikan kesempatan pada jam 07.00 hingga jam 09.00, tahap ke dua jam 09.00 hingga jam 10.00 dan tahap ke tiga jam 10.00 hingga jam 11.00 WIB.
“Nelayan telah memenuhi haknya serta saat ini memasuki tahap penghitungan suara untuk tiga pasang calon kepala daerah,” cetusnya.