Indonesia Tanpa Harapan

OLEH NOOR JOHAN NUH

Calon Presiden yang cuman  menjadi Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, dalam pidatonya di hadapan kader Partai Gerindra di Sentul (18/10-17) mengatakan bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030.  Prabowo mengatakan Indonesia akan bubar mengutip dari cerita fiksi sebuah novel berjudul Ghost Fleet  yang ditulis oleh dua ahli strategi intelijen Amerika PW Singer dan August Cole.

Diceritakan di novel itu bahwa pada tahun 2030 terjadi perang antara Amerika melawan China di Laut China Selatan, pada saat itu Indonesia sudah tidak ada, sudah bubar.   Wajar saja setelah pidato tersebut Prabowo menuai hujatan dari berbagai pihak karena mendeklarasikan sikap pesimis, menyebut Indonesia bubar hanya berdasarkan cerita fiksi dari sebuah novel. Ikut  nimbrung  Presiden Jokowi mengatakan, “Pemimpin itu harus optimis, tidak boleh pesimis!  Fiksi kok dipercaya!”.

Di tengah badai hujatan, “Presiden Akal Sehat Rocky Gerung”, dalam diskusi ILC di TV One, tampil membela Prabowo. Ia menerangkan tentang apa yang disebut “fiksi” dan apa yang disebut “fiktif”. Lalu Rocky menantang peserta diskusi dengan pertanyaan, “Kitab suci itu fiksi atau bukan?” Tidak seorang pun peserta diskusi yang berani menjawab hingga Rocky mengatakan, “Jika kita mengaktifkan imajinasi, maka kitab suci adalah fiksi.” Akibat pembelaannya pada Prabowo, Rocky diperiksa polisi di Polda Metro Jaya dengan sangkaan penistaan agama.

Memang seharusnya sikap optimis harus terus menerus digelorakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang akan merayakan kemerdekaan 76 tahun pada 2021, termasuk 23 tahun era reformasi.

Akan tetapi, pilihan untuk bersikap pesimis atau bersikap optimis tentang masa depan Indonesia, adalah pilihan dari masing-masing individu berdasarkan kalkulasi indikator ketatanegaraan.

Lihat juga...