Investasi dan Instrumen Fiskal Didorong untuk Pulihkan Ekonomi 2021
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Pemerintah telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh positif sebesar 4,5 persen sampai 5,5 persen PDB di tahun 2021. Namun untuk mencapai target itu, dibutuhkan sejumlah instrumen kuat, di antaranya realisasi investasi sekitar Rp5.817 triliun.
“Jadi kita betul-betul mendorong agar investasi dapat menjadi pengungkit upaya pemulihan ekonomi Indonesia di tahun depan. Diperkirakan kebutuhannya mencapai Rp5.817,3 triliun sampai Rp5.912,1 triliun,” ujar Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam webinar Outlook Pembangunan 2021, Selasa (22/12/2020).
Untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut, kata Amalia, Indonesia mengandalkan sektor swasta baik investasi asing maupun investasi dari dalam negeri. Swasta diproyeksikan menyediakan kebutuhan investasi 2021 berkisar pada angka 84 persen sampai 90 persen dari total kebutuhan investasi.
Sementara itu, investasi yang bersumber dari anggaran pemerintah pusat dan daerah pada tahun depan diproyeksikan berkisar pada rentang 5 persen -7 persen. Lalu, belanja modal BUMN diprediksi menyumbang 4,9 persen -8,1 persen dari total kebutuhan investasi.
“Arus investasi global akan mengalami peningkatan tapi tidak akan setinggi satu dekade terakhir sebelum pandemi,” tuturnya.
Amalia menilai, untuk menarik investasi asing pada tahun depan tidaklah mudah. Oleh karena itu, peran investasi dari dalam negeri diharapkan bisa meningkat drastis. Saat ini, pemerintah sudah memiliki modal untuk menjawab tantangan tersebut.
“Salah satu modalnya adalah penerapan UU Cipta Kerja yang akan memberikan kepastian hukum berusaha dan berinvestasi. Selain itu, iklim ketenagakerjaan juga akan mendukung iklim investasi, ditambah dengan pelayanan prima OSS, insentif fiskal, dan nonfiskal,” tukasnya.