Keringkan Ikan Tanpa Garam, Alternatif Awetkan Bahan Kuliner

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Kuliner ikan kering sambal pedas kerap disajikan dalam sejumlah warung makan Jalan Lintas Timur Sumatera, Lampung Selatan (Lamsel). Bahan baku ikan kering tersebut dominan berasal dari hasil proses pengeringan tanpa garam.

Wiwin, salah satu wanita di Dusun Muara Piluk, Desa Bakauheni menyebut mengeringkan ikan laut dan air tawar.

Jenis ikan laut yang dikeringkan sebut Wiwin meliputi jenis pepirik, kembung selar. Ikan pelagis ukuran kecil termasuk teri diolah menjadi ikan kering sebagai proses pengawetan ikan.

Ikan air tawar yang kerap dikeringkan berupa nila, mujair, gabus dan sembilang. Ikan tersebut merupakan hasil tangkapan suami memakai jaring dan bubu. Ikan yang ditangkap akan dikeringkan usai dibelah bagian perut.

Proses pengeringan ikan sebut Wiwin jadi cara mengawetkan ikan laut dan ikan air tawar. Melalui proses pengeringan tanpa perebusan memakai garam, hasil ikan kering lebih nikmat.

Ia memilih mengawetkan ikan tanpa garam untuk menghasilkan ikan dengan kadar garam rendah. Saat diolah ikan lebih renyah dan memiliki rasa gurih alami dibanding memakai garam.

“Panen ikan yang melimpah akan cepat busuk jika tidak diawetkan, sebagian warga pesisir kerap mengawetkan ikan memakai teknik pengeringan setelah perebusan dengan garam, sebagian melalui pengasapan dan memakai pengeringan tanpa garam seperti yang saya lalukan,” terang Wiwin saat ditemui Cendana News di Muara Piluk, Sabtu (5/12/2020).

Wiwin bilang hasil pengeringan ikan kerap dibeli oleh warga yang menghindari kolesterol. Bahan pangan tanpa garam juga memiliki kandungan gizi lebih sehat.

Kandungan gizi ikan yang diawetkan tanpa garam melalui proses pengeringan membuat harga lebih mahal. Ia menjual ikan kering tanpa garam seharga Rp60.000, lebih mahal dari ikan yang diawetkan dengan garam seharga Rp40.000 per kilogram.

Lihat juga...