Makna Hubungan Kemanusiaan

OLEH HASANUDDIN

ISLAM adalah ajaran yang rahmatan lil’alamin. Maknanya adalah, bahwa Allah swt merahmati seluruh ciptaan-Nya, tanpa kecuali, karena Allah swt Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Bagi yang beriman kepada Allah swt, serta kebenaran akan ajaran Alquran yang diwahyukan kepada Nabiullah wa Rasulullah Muhammad saw; tentu telah memahami hal di atas. Namun, bisa jadi ada yang sudah lupa, catatan ini sekadar untuk saling mengingatkan. Namun bagi para pembaca yang belum mengetahui semoga catatan ini dapat membantu dalam memahami makna hubungan kemanusiaan yang merupakan konsekuensi atas kehendak penciptaan Allah swt, sebagaimana firman-Nya;

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (1)

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan Kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu, dan darinya Allah menciptakan pasangan (nya); dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan (sehingga) menjadi banyak. Dan bertakwalah. kepada Allah yang dengan nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.” (Al-Quran Surah An-Nisa (4) ayat 1).

Menurut Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar, nafs atau jiwa, dapat berarti ruh, pikiran, makhluk hidup, entitas hidup, manusia, pribadi, diri (dalam pengertian identitas pribadi), umat manusia, sari kehidupan prinsip hidup, dan seterusnya.

Dan mayoritas mufassir menurut Muhammad Abduh menerjemahkan kata min nafsin wahidah ini sebagai Nabi Adam. Namun Muhammad Abduh sendiri lebih memilih memahami frase kalimat min nafsin wahidah ini dalam pengertian “umat manusia” atau human kind, karena istilah ini menekankan asal-usul yang sama dan persaudaraan umat manusia (yang tidak diragukan lagi sesuai dengan keseluruhan maksud ayat di atas), tanpa pada saat yang sama mengaitkannya secara tidak beralasan dengan Bibel tentang penciptaan Adam dan Hawa. Dan konteks ini, Muhammad Asad dalam tafsir The Message menerjemahkannya sebagai living entity atau “entitas hidup” karena alasan serupa.

Lihat juga...