Makna Hubungan Kemanusiaan
OLEH HASANUDDIN
Dengan demikian, manusia adalah salah satu jenis species tersendiri, di antara sekian jenis spesies makhluk hidup yang Allah swt ciptakan. Karena itu, seluruh manusia pada dasarnya memiliki bukan saja kemiripan bentuk fisik, namun juga kecenderungan psikis yang sama, yakni condong kepada kebenaran atau hanief.
Kecenderungan manusia kepada kebenaran ini mengisyaratkan adanya hubungan dengan Al-Haqq, salah satu sifat utama dari Allah swt. Dan inilah maksud dari firman Allah pada surah Al-Rum (30) ayat 30 fitrallahi fatarannasa atau “sesuai kecenderungan alami (fitrah) yang telah Allah tanamkan ke dalam manusia”. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim, Nabi saw bersabda: “Setiap anak yang dilahirkan membawa kecenderungan alami (fitrah). Orang tua dan faktor lingkungannyalah yang membuatnya menjadi seorang “Yahudi”, seorang “Nasrani”, atau seorang “Majuzi”.
Dengan demikian, sesungguhnya tidak ada seorang pun manusia yang terlahir di dunia ini, dengan membawa kecenderungan untuk merusak, atau berbuat aniaya. Semuanya cenderung kepada kebenaran dan kebaikan. Itulah ciri khas manusia yang sesungguhnya.
Sebab itu, jika dalam kehidupan sehari-hari kita menyaksikan berbagai perbuatan yang bertentangan dengan hakikat dari fitrah manusia ini, seperti melakukan korupsi, tidak memberi makan kepada fakir miskin, menyebarkan hasutan kebencian kepada sesama, menyakiti orang lain, apalagi sampai membunuh orang lain, tanpa perintah pengadilan (extra judicial killing), semua itu adalah bentuk-bentuk penyimpangan dari hakikat makna kemanusiaan yang paling primordial, paling alami.