Petani Jagung di Lamsel Tahun Ini tak Kesulitan Pupuk
Editor: Koko Triarko
Harga pupuk Urea dan NPK Phonska, sebutnya, mencapai Rp260.000 per kuintal. Membutuhkan sebanyak 800 kilogram dan cadangan 200 kilogram, ia harus menyiapkan Rp2,6juta. Cadangan pupuk tetap diperlukan untuk pemupukan tahap ke dua. Selain pupuk kimia jenis pupuk organik dan cair tetap diperlukan, untuk pertumbuhan tanaman jagung.
Agus Irawan, petani lain di Desa Bakauheni, juga mengaku tidak mengalami kesulitan pupuk. Kebutuhan pupuk bersubsidi bagi petani penanam jagung pada masa tanam rendengan terpenuhi dengan baik. Sekali proses pemupukan lahan seluas dua hektare, ia bisa menghabiskan 16 kuintal pupuk. Pemupukan dilakukan dengan sistem upahan.
“Proses pemupukan kerap membutuhkan tenaga kerja hingga sepuluh orang, jadi biaya operasional tinggi,” terangnya.
Meminimalisir penggunaan pupuk kimia, Agus Irawan juga mempergunakan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik dilakukan memakai jenis pupuk kompos dan kandang. Pengaplikasian pupuk organik dilakukan seusai proses pengolahan lahan. Pembuatan guludan dilakukan untuk memperlancar irigasi pada lahan perbukitan. Kala penghujan, pembuatan guludan sekaligus menghindari pupuk terbawa hujan.
Ketersediaan pupuk bersubsidi yang lancar saat masa tanam jagung, membantu petani.
Subamio, petani jagung di Bakauheni juga menyebut menanam jagung pada musim penghujan cukup menguntungkan. Sebab, potensi tanaman tumbuh cukup tinggi. Namun, usai masa pemupukan pertama kendala hama ulat daun dan gulma rumput, kerap menyerang.
Pemupukan yang dilakukan kerap menambah subur tanaman jagung. Sebagai cara mengatasi gulma rumput, ia menggunakan herbisida. Pengurangan gulma dilakukan usai pempupukan, agar tanaman tidak berebut nutrisi dari pupuk yang ditaburkan. Proses penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan proses pencabutan dan penyemprotan herbisida.