Sastra Lisan Penguat Pendidikan Karakter

PADANG – Sastra lisan sebagai salah satu kearifan lokal yang mengandung nilai luhur budaya Minangkabau bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi siswa di Sumatera Barat dalam hal penguatan karakter.

“Sastra lisan memiliki nilai luhur yang bisa menjadi pedoman dalam kehidupan. Ia juga bersifat fleksibel sehingga sangat bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan materi pendidikan penguatan karakter,” kata Pengamat Budaya dari Universitas Andalas, Eka Meigalia, M. Hum di Padang, Sabtu.

Ia menyebut salah satu kesenian berbasis sastra lisan adalah salawat dulang. Salawat dulang atau salawat talam adalah salah satu sastra lisan Minangkabau yang bertema Islam berupa pertunjukan dua orang membacakan hafalan teks diiringi tabuhan dulang, nampan kuningan berdiameter 65 centimeter.

Menurut dia seniman tradisi yang berbasis sastra lisan di Minangkabau adalah orang yang telah “masak” dalam gelanggang. Mampu berinteraksi dan berimprovisasi sangat baik dengan penonton. Kemampuan itu membuat penampilan terasa lebih “cair” dan terasa dekat dengan penonton.

Improvisasi itu bisa pula menjadi kunci untuk memasukkan materi penguatan karakter Pelajar Pancasila yang memiliki enam ciri utama, yaitu bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global.

Persoalannya saat pandemi, pementasan seni tradisi yang melibatkan banyak orang menjadi tidak mungkin untuk dilakukan. Protokol kesehatan mengamanatkan untuk senantiasa menjaga jarak. Hal yang sulit dilakukan dalam sebuah keramaian sehingga pada awal-awal pandemi hampir tidak ada pementasan seni tradisi yang bisa dilakukan.

Lihat juga...