Sistem Pendidikan Indonesia Belum Siap Terapkan IoT
Editor: Koko Triarko
“Peserta didik yang memasuki tahap pembelajaran tingkat tinggi harusnya di-support dengan asupan yang mampu membuat mereka belajar. Artinya, di sini ada aspek orang tua yang mampu untuk memberikan makanan sehat dan aspek pemerintah yang bertanggung jawab atas kesehatan dan daya beli masyarakat dalam membeli makanan sehat,” paparnya.
Lalu, lanjutnya, aspek infrastruktur dan distribusi pendidik yang berkualitas dan mampu membimbing peserta didik dalam pembelajaran tingkat tinggi juga harus tersedia.
“Di sini memang butuh keseriusan pemerintah untuk memutuskan kapan harus dimulai dalam mempersiapkan semua aspek yang terkait pembelajaran yang selaras dengan kebutuhan di era saat ini. Baik dari sisi anggaran, pendidik maupun sarana pendidikannya. Dan ini harus dimulai, siap atau tidak siap. Pemerintah harus siap untuk memulai membangun peta jalan pendidikan nasional yang berbasis high soft skill dan berbasis inovasi,” tandasnya.
Head of APAC – Micro:bit Educational BBC, Waris Chandra, memaparkan, bahwa Internet of Things merujuk kepada semua benda yang terhubung dengan internet.
“Dengan adanya keterhubungan ini, teknologi akan mampu mentransfer data tanpa membutuhkan interaksi dari manusia ke perangkat komputer,” kata Waris, dalam salah satu talkshow online.
Tapi, lanjutnya, yang paling penting dari pengembangan IoT ini adalah human capital yang mempergunakannya dibandingkan dengan teknologinya itu sendiri.
“Sehingga bagaimana human capital itu menjadi penguasa dari teknologinya, di mana human capital itu mengetahui manfaat ia menggunakan teknologi tersebut, dan bagaimana nilai etiknya saat terkoneksi,” ucapnya.