Strategi Petambak di Lamsel Minimalisir Kerugian Kala Musim Penghujan
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Risiko kerugian imbas musim penghujan jadi salah satu momok bagi petambak di Lampung Selatan. Samiran, petambak udang putih atau vaname di Dusun Bunut Selatan, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi menyebut siklus banjir tahunan jadi hal biasa bagi pembudidaya udang. Strategi budidaya dilakukan petambak meminimalisir kerugian saat banjir melanda.
Samiran bilang sebelum musim penghujan ia telah melakukan proses peninggian tanggul tambak. Hitung mundur masa tebar benih udang atau benur dilakukan empat bulan sebelum puncak penghujan. Memasuki fase curah hujan tinggi ia mengaku telah memanen udang vaname secara parsial. Sistem panen parsial dilakukan dengan pemilahan udang saat panen memakai jala.
Saat banjir Sungai Way Sekampung,resiko limpas imbas sungai terbesar di Lampung Selatan itu ia telah memanen sebagian besar udang. Sisa udang yang belum dipanen merupakan udang ukuran (size) di bawah 70 sehingga kerugian bisa ditekan. Satu petak tambak udang sebutnya bisa menghasilkan sekitar satu ton. Saat musim penghujan dan tambak limpas hasil berkurang belasan kuintal.
“Sudah menjadi risiko petambak udang yang berada di dekat aliran sungai Way Sekampung kerap merugi,apalagi lokasi tambak ada di dalam tanggul yang selalu terdampak limpasan sungai ketika banjir ditambah air laut pasang,dampaknya sungai meluap ke area pertambakan,” terang Samiran saat ditemui Cendana News, Senin (7/12/2020).
Samiran menambahkan proses pemanenan udang secara parsial jadi strategi tekan kerugian. Usai tambak dipanen ia akan istirahat budidaya tambak maksimal hingga bulan Maret mendatang. Sebab sesuai siklus tahunan dan lima tahunan,penghujan akan mencapai puncaknya hingga bulan Februari. Hindari kerugian petambak kerap membiarkan tambak tidak ditebari benih hingga penghujan usai.