Waspadai ‘Stunting’ Akibat Penurunan Daya Beli Masyarakat

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Stunting berdampak pada pertumbuhan otak anak. Dimana pertumbuhannya tidak sebaik anak yang tidak mengalami stunting. Hal ini disebabkan kurangnya protein, yang kaitannya dengan pertumbuhan serabut otak,” ucapnya.

Berdasarkan penelitian, ia menyebutkan 20-30 persen anak yang stunting itu ditemukan sejak kelahiran. Dan 80 persennya berkaitan dengan asupan gizi pada masa emas anak.

“Dampak kedua, anak stunting cenderung obesitas. Yang pada akhirnya, meningkatkan risiko terpapar penyakit degeneratif. Misalnya, diabetes tipe 2,” ucapnya lebih lanjut.

Untuk mencegah stunting yang terjadi setelah kelahiran, ia menyebutkan pentingnya peranan orang tua dalam memantau dan mendeteksi tumbuh kembang anak yang tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan dalam waktu sedini mungkin.

“Kalau terdeteksi kecenderungan tidak naik sesuai kurva, harus secepatnya berkonsultasi. Nanti akan dilakukan tes, baik pada darah, urine maupun feses. Untuk dilihat apakah ada infeksi. Kalau memang ada, ya harus kita obati dulu infeksinya,” paparnya.

Atau kita akan cek masalah absorpsi atau penyerapan makanan di saluran pencernaannya atau akan dicek juga apakah anak tersebut anemia atau tidak.

“Akan dilakukan terapi sesuai diagnosa. Dan harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari timbulnya gangguan pada otak,” pungkasnya.

Lihat juga...