‘Cosplay’ Diminati dari Mall hingga Perkampungan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Demam cosplay mengantar Andriansyah memahami dunia bisnis.
“Awalnya sempat buntu pikiran. Apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sudah putus asa karena tidak ada pemasukan sama sekali,” demikian kisah Andriansyah (30) salah satu pengguna cosplay anime Black Panther, saat berbincang dengan Cendana News, Selasa (12/1/2021).
Andri, sapaannya pun menceritakan, apa yang kemudian dirinya lakukan bersama teman-temannya di komunitas cosplay pecinta super hero. Semata-mata memang bertujuan untuk terus mendapatkan uang agar bisa terus bertahan di ibu kota Jakarta.
Selama ini, masyarakat mengenal cosplay berasal dari kata costume dan player yang dapat diartikan peran menghayati tokoh pada kostum tertentu.
Andri pun menceritakan, ia bersama teman-temannya se-komunitas dipertemukan dalam kompetisi di suatu mall di wilayah Jakarta Selatan pada 2016 silam.
Perkembangan cosplay di Indonesia pada tahun tersebut, sangatlah bagus. Bahkan cukup dipandang di tingkat dunia. Setelah kompetisi selesai, barulah bergabung dalam satu kelompok untuk menjadikan cosplay mata pencaharian.
Bermodal foto aksi yang dilakukan pada saat kompetisi, menawarkan kerja sama dengan mall yang ada di Jakarta. Dan memang pada tahun itu, karena sedang booming cosplay maka tidak susah untuk mendapatkan kontrak kerja sama dengan manajemen mall.
Waktu itu, hampir tiap bulan selalu ada pekerjaan mengisi kegiatan di mall.
“Untuk kostum kita memang punya sendiri tanpa harus menyewa. Modal memiliki kostum yang dipakai kurang lebih mencapai sekitar 800 ribu. Berbeda dengan teman lainnya yang harganya mungkin bisa di bawah atau bisa di atas saya,” paparnya.