Dari Pekerja Hermawan Putuskan jadi Pengusaha Kerupuk
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
BANDUNG – Sejak dua tahun lalu, Hermawan (27) pemuda asal Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, memutuskan berhenti menjadi buruh di salah satu rumah produksi kerupuk mie, dan memilih untuk membuat rumah produksi sendiri.
Hermawan mengaku, sejak awal telah mendapat dukungan penuh dari keluarganya untuk memulai usaha kerupuk yang terbuat dari aci singkong tersebut. Dengan modal awal Rp15 juta, dia pun menjalankan usaha itu.
“Kira-kira dulu itu saya habis Rp10 juta untuk bikin rumah produksi dan alat-alatnya, termasuk tungku (untuk mengukus kerupuk), sasak (untuk menjemur). Rp5 juta untuk bahan awal pembuatan kerupuk,” ujar Hermawan saat ditemui di rumah produksi miliknya di Desa Arjasari, Selasa (12/1/2021).
Hermawan mensyukuri keputusannya beralih menjadi pengusaha kerupuk mie tersebut, pasalnya, kini usaha yang dirintisnya itu mampu memberikan penghasilan yang cukup besar.
“Paling sedikit kita bisa jual 30 kilogram kerupuk mie per hari. Dari situ penghasilan bersih yang saya dapat total Rp200 ribu. Jauh lebih besar dari yang saya dapat waktu jadi pekerja,” tuturnya.
Dalam proses produksi, Hermawan dibantu oleh tujuh orang, yang kesemuanya itu adalah keluarganya, mulai dari orang tua, adik serta sepupu-sepupunya.
“Saya maksimalkan keluarga saja. Biar mereka juga ada kerjaan. Tujuh orang itu dibagi-bagi, ada yang bikin adonannya, ada yang bagian mencetak kerupuk mienya, ada yang di bagian penjemuran, ada juga yang fokus di penjualan,” tandas Hermawan.
Proses pembuatan kerupuk mie sendiri membutuhkan waktu sekitar tiga hari, satu hari untuk membuat adonan, kemudian satu hari lagi proses pencetakan dan pengukusan, dan satu hari sisanya untuk proses penjemuran.