Diversifikasi Pengolahan Hasil Pertanian, Dorong Budidaya Buah Markisa

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

SEMARANG — Memiliki rasa kecut segar, buah markisa kerap kali hanya dianggap gulma. Namun dengan diversifikasi pengolahan hasil pertanian, buah yang kaya akan vitamin C tersebut, memiliki prospek yang cerah. Petani pun didorong untuk mencoba budidaya markisa.

“Buah markisa termasuk tanaman subtropis, yang dapat tumbuh subur di wilayah dengan ketinggian antara 800 – 1.500 m dari permukaan laut (dpl). Termasuk yang dikembangkan di Agro Purwosari,” papar Kepala UPTD Kebun Bibit Dinas Pertanian Kota Semarang, Juli Kurniawan di Semarang, Senin (25/1/2021).

Diakuinya, dengan rasa buah yang masam segar, konsumen buah markisa cukup terbatas, namun dengan diversifikasi pengolahan mampu meningkatkan daya jual buah tersebut, sehingga memiliki prospek yang bagus untuk dibudidayakan.

“Tanaman markisa dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, terutama pada yang gembur, mempunyai cukup bahan organik, mempunyai pH antara 6,5 – 7,5 dan berdrainase baik. Di kebun Agro Purwosari, produksi buah markisa kita per minggu rata-rata bisa mencapai 50 kilogram,” terangnya.

Melalui diversifikasi pengolahan hasil pertanian, buah markisa tersebut diolah menjadi minuman herbal, sehingga mampu meningkatkan harga jual. Dicampur dengan olahan air sereh, minuman yang diberi nama Marreh atau markisa sereh tersebut, sangat diminati pembeli.

“Sejauh ini produksi Marreh per minggu mencapai 100-200 botol. Bahkan pada saat-saat tertentu permintaan bisa lebih dari angka produksi. Saat ini, memang belum kita kembangkan secara optimal karena keterbatasan tenaga, namun ini membuktikan bahwa olahan markisa diminati pembeli. Ini menjadi prospek yang bagus untuk para petani markisa,” tambahnya.

Lihat juga...