Indonesia Kehilangan Momen Emas Cegah Penyebaran Covid-19

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Yakni seperti Turki di angka 1,0 persen, India 1,4 persen, Bangladesh 1,5 persen, Pakistan 2,1 persen dan Brazil 2,5 persen.

Data tersebut adalah perhitungan konservatif. Angka kematian resmi yang dilaporkan ini sangat mungkin lebih rendah dari kenyataannya.

Sedangkan tambah dia, data Covid-19 pada 20 Desember 2020 melaporkan angka kematian konservatif dari seluruh kasus adalah 2,5 kali lipat dari angka resmi yang dilaporkan pemerintah. Laporan tersebut hanya menghitung kematian dari kasus positif saja.

Temuan tersebut dikuatkan oleh data pemakaman di DKI Jakarta. “Yakni, per tanggal 24 Januari 2021, jumlah pemakaman dengan protap Covid-19 di DKI Jakarta adalah 3,3 kali lipat dari jumlah kematian kasus positif,” ungkapnya.

Dia mengatakan, upaya mengendalikan Covid-19 secepatnya merupakan hal krusial bagi negeri dengan populasi 270,2 juta orang.

Prioritas terbesar adalah menyelamatkan 151,6 juta penduduk Jawa, pulau dengan kepadatan dan mobilitas penduduk tertinggi. Kemudian diikuti Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan 8,7 juta penduduk, destinasi wisata utama dengan keterpaparan eksternal tertinggi.

Lebih lanjut dia menegaskan, bahwa pandemi Covid-19 yang tidak terkendali akan mengancam jutaan nyawa anak negeri. Juga sekaligus menciptakan ketidakpastian regional dan global.

Indonesia membutuhkan kebijakan drastis memerangi pandemi Covid-19, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), saat ini tidak lagi memadai.

PSBB adalah kebijakan yang paling minimal, setengah langkah menuju kebijakan yang optimal yaitu karantina wilayah. Semakin lambat upaya mencegah eskalasi pandemi Covid-19, maka menurutnya, semakin suram prospek perekonomian nasional.

Lihat juga...