Inilah Kesan Pendidikan antara Daring dan Luring

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Guntar Hariyudi (23 tahun), mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, memaparkan kepada Cendana News pengalamannya perihal sidang skripsi melalui online.

Menurutnya,  sebelum sidang, dirinya  sangat santai, karena sudah paham dengan skripsi yang dibuat. Meskipun seminggu sebelumnya sempat gusar juga, apalagi belum tahu  dosen penguji juga jadwal lengkap.

“Tadinya aku kira nggak perlu belajar lagi. Tapi justru semenjak keluar pengumuman soal dosen dan jadwal, dirinya jadi mau membaca ulang skripsi, “ucapnya, Kamis (7/1/2021).

Guntar yang kuliah di Fakultas Syariah dan Hukum itu, saat sidang online pakai zoom meeting. Kendala yang dialaminya ketika sidang online yakni, ketika kuota waktu zoom sudah habis dan diminta untuk membuat zoom meeting yang baru.

Ilustrasi. Suasana saat Guntar sidang skripsi secara daring. Foto: Istimewa

Menurutnya, enaknya online, sidang bisa dihadiri banyak orang. Teman-teman banyak yang menyaksikan sidang termasuk mama, keluarga, bisa melihat dirinya juga.

Tidak hanya itu, enaknya lagi lagi bisa record  jalannya persidangan. Jadi, saran untuk perbaikan, revisi nggak perlu dicatat. Sedangkan untuk tidak enaknya, seperti dicurigai dosen. Kalau misalnya matanya lirik kanan lirik kiri. Dikira menyontek atau segala macam.

“Padahal yang namanya mengingat-ingat atau grogi, itu  faktornya banyak mulai dari mata. Jadi bisa susah meyakinkan pada dosen kalau kita memang nggak nyontek,” ucapnya lagi.

Menurutnya pula, yang membuat senangnya misalnya pas pengumuman, yudisiumnya langsung di situ. Langsung  sore harinya pula diumumkan nilainya.

Lihat juga...