Inilah Kesan Pendidikan antara Daring dan Luring

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Kalau dibilang lebih menantang mana antara skripsi langsung tatap muka dengan melalui daring, aku lebih memilih tatap muka dikarenakan langsung merasakan yang namanya ruangan sidang. Merasakan yang namanya blank, merasakan yang namanya gugupnya. Terus napas segala macam itu, masih kelihatanlah dibandingkan online. Kalau online kan masih mungkin bisa tertutup  sinyal yang jelek. Kalau langsung juga nggak bisa nyontek sedangkan online mungkin bisa cari cara untuk nyontek,” pungkasnya.

Mamlahatun Buduroh, pengajar Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (FIB UI), mengatakan, sejak perkuliahan dilakukan di rumah atau belajar di rumah, baik pengajar maupun mahasiswa menggunakan perangkat komputer dan aplikasi penunjang lainnya. Seperti zoom, google meet, atau yang lainnya yang dikuasai pengajar maupun mahasiswa.

Dikatakan Mamlahatun, untuk pelaksanaan sidang tugas akhir, skripsi, tesis juga dilakukan melalui aplikasi seperti yang sudah disebutkan tadi. Kegiatan tersebut sudah dilakukan selama 2 semester ini menggunakan sistem daring.

“Pada dasarnya substansi sidang daring (online) sama dengan kita sidang melalui luring (tatap muka). Tapi kemudian yang membedakan terletak pada penggunaan perangkat dan aplikasi tersebut,” ucapnya.

Mamlaha menjelaskan, secara teknis proses sidang melalui daring tidak terlalu mulus. Dikarenakan adanya kendala seperti sinyal yang tidak bagus, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Tidak hanya itu, kadang penguasaan aplikasi juga menjadi kendala untuk pengajar. Namun secara keseluruhan dari segi substansi, tidak beda jauh.

Lihat juga...