Kiat Warga Tambaklorok Semarang Hadapi Abrasi Air Laut
Editor: Makmun Hidayat
SEMARANG — Abrasi air laut menjadi persoalan utama, yang dihadapi warga kampung nelayan Tambaklorok Semarang. Terlebih saat ini, tanggul penahan gelombang sepanjang 250 meter yang terpasang di sepanjang garis pantai, ambrol terkena hantaman gelombang tinggi.
“Agar abrasi tidak semakin parah, termasuk melindungi rumah dari hantaman ombak, kita menggunakan bambu sebagai alat pemecah ombak (APO) sementara. Caranya dengan membuat cerucuk bambu,” papar Kustoni, warga setempat saat ditemui di kampung Tambaklorok Semarang, Rabu (27/1/2021).
Caranya pun relatif mudah, lonjoran bambu panjang sekitar 3-4, ditata rapat di sepanjang bibir pantai, untuk menahan gelombang atau APO sementara. Tidak hanya itu, sejumlah rumah di kawasan pinggir pantai di wilayah tersebut, juga menerapkan metode yang sama. Puluhan batang bambu digunakan untuk menahan gelombang, agar air laut tidak langsung menghantam pondasi rumah.
“APO bambu ini sifatnya sementara, sembari menunggu talud penahan gelombang dibangun kembali. Kalau tidak diberi terucuk bambu, gelombang langsung kena bangunan, dikhawatirkan bisa ambrol seperti kejadian pada akhir Desember 2020 lalu,” terangnya.
![](https://www.cendananews.com/wp-content/uploads/2021/01/APO_Kustoni-300x183.jpg)
Dipaparkan, penggunaan bambu dinilai lebih efektif sebagai APO dibanding kayu. Selain harganya relatif terjangkau, juga lebih kuat dan awet. “Masa pakainya juga lebih lama, seperti tambak keramba di tengah laut itu pakainya juga bambu, karena cukup kuat dan murah,” terangnya.