Konservasi Keris, Merawat Dokumentasi Sejarah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Keris sebagai bagian dari artefak senjata tajam yang disebutkan dalam berbagai prasasti, tak luput dari kerusakan dan membutuhkan konservasi. Untuk memastikan keris dalam kondisi baik, diperlukan beberapa perlakuan khusus, yang berbeda untuk setiap bagian keris.

Pamong Budaya Ahli Muda Museum Nasional, Maulidha Sinta Dewi, menjelaskan, dalam konservasi benda arkeologi dikenal dua jenis, yaitu konservasi preventif dengan mengendalikan faktor lingkungan mikro dan kuratif.

Pamong Budaya Ahli Muda Museum Nasional, Maulidha Sinta Dewi, menjelaskan tentang konservasi keris, dalam acara online yang dihadiri Cendana News, Minggu (31/1/2021) – Foto: Ranny Supusepa

“Dalam konservasi keris, sebelum dilakukan tindakan maka perlu diidentifikasi dahulu bahan kerisnya. Baik bilah, sarung dan gagangnya. Karena beda bahan akan membedakan tindakan yang perlu diambil. Dan untuk identifikasi kerusakan atau penyakit, maka dilakukan identifikasi kerusakan objek dengan mikroskop digital,” kata Maulidha dalam acara online yang dihadiri Cendana News, Minggu (31/1/2021).

Setelah ditemukan kerusakan atau penyakit, lanjut Maulidha, baru dilakukan konservasi.

“Misalnya penyakit karat pada besi bilah keris atau penyakit jamur pada kayu gagang keris. Ini perlakuannya berbeda. Dan untuk menghindari, perlakuan pada bagian yang satu merusak bagian yang lain, maka keris perlu dipisahkan per bagian dahulu. Bilah, gagang dan sarungnya,” ujarnya.

Jika sudah dipisahkan, bilah keris dicuci dengan cairan typol dan dilap dengan kain katun yang sudah diberi alkohol.

Lihat juga...