Konservasi Keris, Merawat Dokumentasi Sejarah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Untuk karat pada besi bilah keris, bisa dibersihkan dengan pasta kalsium karbonat yang diaplikasikan menggunakan sikat halus dan gerakan searah. Jika karatnya tebal, maka bisa dikompres dengan campuran asam sitrat kadar 20 persen dengan aquades. Tapi tidak boleh terlalu lama. Karena asam sitrat bisa mengubah besi menjadi berwarna kemerahan,” paparnya.

Jika sudah selesai, keris harus dibersihkan dengan air mengalir hingga benar-benar bersih dan dilakukan pengecekan menggunakan kertas pemantau pH untuk memastikan tidak ada senyawa kimia yang tertinggal. Lalu dikeringkan dengan dryer (pengering listrik).

“Setelah itu, baru diaplikasikan inhibitor Tannin untuk mencegah karat dan pengaplikasian coating paraloid B72 kadar 3 persen yang sudah didiamkan selama 24 jam,” paparnya lebih lanjut.

Untuk perawatan bagian keris yang berbahan dasar kayu, dilakukan dengan melap bahan dengan kain yang sudah dicelupkan ke cairan parafin, lalu dikeringkan dengan kain katun dan terakhir dikeringkan dengan dryer.

Tempat penyimpanan benda arkeologi, disampaikan dalam acara online yang dihadiri Cendana News, Minggu (31/1/2021) – Foto: Ranny Supusepa

“Semua bagian lalu dipasangkan kembali menjadi satu. Dibungkus dengan kertas bebas asam dan kemudian dimasukkan ke dalam lemari penyimpanan yang sudah diberi biji silika,” tuturnya.

Peneliti bidang Konservasi Arkeometri Puslit Arkenas, Dewangga Eka Mahardian, menyatakan, kesulitan dalam mengonservasi keris adalah pada teksturnya.

“Tekstur keris itu kan banyak. Dan motifnya berbeda-beda. Sehingga menyulitkan saat pengaplikasian bahan kimia. Apalagi harus dilakukan searah gerakannya,” kata Dewangga dalam kesempatan yang sama.

Lihat juga...