Mengenal Sejarah dan Fungsi Batu Mulia di Masa Lampau
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Tidak hanya wanita, pria pun memiliki ketertarikan yang besar pada batu mulia. Walaupun pada masa lampau batu mulia ini bukan batu berharga yang tujuan penggunaannya untuk perhiasan. Pemanfaatannya lebih kepada fungsi yang didapatkan dari kekerasan sifat fisik batu mulia.
Arkeolog, Dr. Lutfi Yondri, M.Hum, menyatakan berdasarkan penelitian arkeologi, manusia purba tidak memilih batu mulia. “Mereka hanya mengambil batu mulia untuk membantu melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya, untuk dijadikan alat rumah tangga atau senjata berburu. Karena sifat keras yang dimiliki oleh batu mulia,” kata Lutfi, dalam bincang online Batu Mulia dalam Budaya yang dihadiri Cendana News, Minggu (31/1/2021) malam.
Dengan perkembangan zaman dan teknologi, baru dilakukan pemilahan batu biasa dan batu mulia. “Dari hasil penelitian, terlihat batu mulia sebagai batu berharga baru pada masa Paleometalik, sekitar tahun 500 Masehi,” ucapnya.
Batu mulia ini ditemukan baik dalam bentuk manik-manik maupun terakota. Salah satu penggunaannya untuk ditaburkan pada badan mayat yang semasa hidupnya dianggap terpandang.
“Baru pada masa Islam dan kolonial, nilai batu mulia makin meningkat. Hingga batu mulia mulai diletakkan sebagai hiasan pada mahkota, tiara hingga gagang pedang yang dianggap berharga,” ujarnya.
Penggunaan batu mulia di Indonesia berkembang dengan pesat, karena sumber bahan batu mulia ini tersebar di seluruh Indonesia. Mulai Aceh hingga Papua.
“Sehingga tak salah jika Indonesia dikenal sebagai Ratna Mutu Manikam. Karena, ya itu penghasil batu mulia. Ratna Mutu Manikam itu kan maksudnya batu berharga,” urai Lutfi.