Pengamatan Aspek Kelautan Mempermudah Proses Penangkapan Ikan
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Sedangkan ikan pelagis besar, umumnya masih bisa bertoleransi terhadap suhu permukaan laut yang lebih hangat dan memiliki kapabilitas berenang yang lebih baik ketimbang ikan pelagis kecil.
“Ikan pelagis besar tentunya lebih lincah dalam bermanuver mencari celah di parcel-parcel massa air yang berkecepatan arus rendah di antara parcel-parcel massa air yang berkecepatan arus tinggi. Sehingga ikan pelagis besar masih bisa beraktivitas di laut yang lebih terbuka,” urainya lebih lanjut.
Contohnya, ikan Cakalang atau Skipjack Tuna, saat November hingga Februari, diprediksi akan banyak berkumpul di sekitaran Samudera Pasifik Barat di utara Papua.
“Keberadaannya di sekitar kedalaman 100-150 meter, dimana terjadi pertemuan massa air hangat dari lapisan permukaan air dengan massa air bersalinitas tinggi. Kawasan tersebut apabila dilihat secara spasial, penampakannya seperti sebuah kolam air hangat di laut,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ahli Oseanografi Perikanan Bambang Sukresno yang menyatakan bahwa ikan pelagis, khususnya pelagis kecil 70 persen dipengaruhi oleh kesuburan perairan.
“Kesuburan perairan ini dpat diidentifikasi dengan menggunakan data satelit yang menganalisa konsentrasi koorofil-a,” ucapnya.
Daerah yang subur, lanjutnya, biasanya pada daerah yang terdapat fenomena upwelling. Yaitu naiknya masa air dari kedalaman laut ke permukaan.
“Naiknya masa air ini membawa nutrien yang pada saat mendapatkan sinar matahari akan mendukung terjadinya fotosintesis. Kesuburan perarairan di Indonesia mengalami perubahan musiman sebagai akibat berubahnya arah dan kecepatan angin,” paparnya.