Penjualan ‘Klanting’ Naik-Turun di Tengah Pandemi
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
PURWOKERTO – Meskipun mengalami pasang surut penjualan di tengah pandemi Covid-19, namun jajanan tradisional klanting pedas-manis, masih tetap bertahan berproduksi.
Pemilik jajanan ‘Kletikan Ndeso’, Florentina Haswari Mintarsih, mengatakan, saat ini klanting produksinya hanya tinggal bertahan pada satu kios saja. Sebelumnya, penjualan klanting pedas-manis ini sampai merambah ke beberapa kios, bahkan sampai ke pusat oleh-oleh yang terbilang besar di Kota Purwokerto.
“Awal bulan Januari ini cenderung sepi penjualannya, kebetulan stok di rumah juga habis. Jadi yang tersisa tinggal hanya satu kios saja,” tuturnya, Selasa (12/1/2021).
Sebelumnya, dalam satu bulan untuk satu kios saja, Haswari bisa menjual hingga 30 kantong klanting pedas-manis. Saat ini penjualannya hanya di bawah 25 kantong saja. Itu pun jumlah kios yang dititipi penjualan klanting pedas-manis berkurang.
Saat menjelang perayaan Natal hingga libur tahun baru lalu, penjualan jajanan yang terbuat dari singkong ini sempat mengalami kenaikan. Dalam dua minggu bisa terjual hingga 25 bungkus, artinya sebulan penjualan meningkat hampir 100 persen. Namun, kondisi tersebut tidak bertahan lama dan pada minggu pertama bulan Januari sudah kembali menurun.
Camilan hasil kreasi Haswari ini mempunyai rasa pedas dan manis yang alami. Untuk manisnya dari gula merah asli dan pedasnya juga hanya dari cabai. Tidak mengandung perasa buatan ataupun bahan kimia dan bebas bahan pengawet.
Haswari membuat dan mengemas klanting dengan varian rasa pedas-manis dan original ini dibantu Ignatius Mardiyanto (60), suaminya.
Pasutri yang dulu bekerja sebagai guru di SMA swasta di Banyumas ini mengisi hari tuanya dengan berjualan klanting. Klanting yang dikemas dengan nama ‘Kletikan Ndeso’ ini sudah dijual secara online atau dalam jaringan hingga Palembang, Jakarta, Tangerang, Cirebon, Muntilan, dan Yogyakarta. Namun, situasi pandemi ternyata cukup berpengaruh terhadap usaha yang mereka rintis.