Pentingnya Pemetaan Negara Tujuan Ekspor TPT

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Affan juga menyebutkan pelaku industri juga harus bisa melihat kualifikasi dari negara tujuan.

“Ada yang menomorduakan kualitas karena hanya berani dengan harga murah. Tapi tidak sedikit juga yang menomorsatukan kualitas dan berani membayar mahal. Ini harus disesuaikan dengan kapasitas produksi dari para pelaku industri,” ucapnya.

Secara umum, lanjutnya, kendala yang dihadapi para pelaku industri TPT Indonesia adalah terkait harga produk mahal, kualitas dan bahasa.

“Harga produk yang mahal ini bisa disebabkan karena biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan biaya listrik. Sementara untuk kualitas, biasanya berasal dari sarana produksi yang sudah tua sehingga menimbulkan keraguan pada buyer apakah produsen mampu memenuhi biaya produksi,” paparnya.

Selain itu, ada juga tantangan dari penerapan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau safeguard dari negara tujuan.

“Jadi, untuk melakukan ekspor produk, jangan hanya bergantung pada pemerintah. Tapi pelaku industri coba dulu. Kalau memang ada yang membutuhkan bantuan pemerintah, bisa dibicarakan. Terutama untuk masalah regulasi negara tujuan,” ucapnya.

Direktur Industri Tekstil Kulit dan Alas Kaki, Kementerian Perindustrian, Elis Masitoh, menyatakan, ekspor pakaian jadi mengambil porsi terbesar dalam ekspor TPT, yaitu 3,27 persen. Baru diikuti oleh tekstil sebesar 2,57 persen.

Direktur Industri Tekstil Kulit dan Alas Kaki, Kementerian Perindustrian, Elis Masitoh, saat memaparkan dampak pandemi COVID-19 pada industri TPT Indonesia, dalam diskusi online, Selasa (12/1/2021) – Foto: Ranny Supusepa
Lihat juga...