Perajin Tenun di Sintang Tetap Bertahan di Tengah Pandemi
SINTANG — Perajin Tenun Ikat di Rumah Betang Ensaid Panjang Desa Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai wilayah Sintang Kalimantan Barat menyatakan tidak terlalu merasakan dampak dari pandemi COVID-19, sebab penjualan kain tenun masih stabil, baik sebelum mau pun di masa pandemi.
“Produksi dan pendapatan kami di saat pandemi ini masih stabil, bahkan pesanan pun tidak mengalami penurunan,” kata perajin tenun Desa Ensaid Panjang, Limah (72), di bilik (pintu) nomor 10 Rumah Betang Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai Sintang, Ahad (24/1/2021).
Dituturkan Limah, dalam satu bulan dirinya bisa menghasilkan dua kain tenun, harga kain tenun itu pun paling rendah Rp800 ribu satu lembar, ada juga yang harganya Rp1 juta yang ikatnya dua kali.
“Yang lama itu ngikatnya, karena menghabiskan waktu satu bulan, setelah di ikat baru ditenun. Kalau menenun tidak lama, paling hanya dua pekan selesai satu kain tenun,” ucap Limah.
Ibu dari enam orang anak itu, mengaku kain tenun yang diberikan pewarna alami itu harganya lebih mahal yaitu bisa Rp1,3 juta per helai, sedangkan kain tenun dengan pewarna kimia sekitar Rp1 juta.
Dikatakan Limah, ada dokter yang memesan kain tenun yang diberikan pewarna alami sebanyak enam helai kepadanya, tetapi untuk kedua jenis kain tenun pewarna alami dan kimia sama-sama diminati.
“Kedua pewarna sama-sama diminati oleh pembeli, di saat corona ini, kami stabil saja. Baik membuat kain tenun dan pembeli sama saja saat sebelum dan saat corona,” ucap Limah.
Disewakan
Hal senada dikatakan seorang ibu lanjut usia, Pangi (83) juga mengaku aktivitas dan penjualan kain tenun biasa saja saat pandemi COVID-19 melanda.