Potensi Rami sebagai Substitusi Impor Kapas
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Pengembangan rami menjadi serat bahan baku tekstil dan nontekstil dianggap akan mampu menjadi substitusi impor kapas. Selain itu, rami termasuk tanaman zero waste. Artinya, semua bagiannya bisa dimanfaatkan.
Praktisi serat alam rami, Akhmad Wibowo, A.Md, menyatakan, pemanfaatan rami bisa berasal dari daun, batang dan serat batang.
“Daun itu bisa menjadi pakan ternak dan teh. Batang bisa menjadi briket bioarang, hard board maupun baglog untuk jamur, yang nantinya akan berkaitan dengan industri jamur. Sementara, yang utama adalah pemanfaatan serat batang sebagai bahan baku nontekstil yang saat ini sudah berjalan. Seperti home decor dan biocomposite, dan juga sebagai bahan baku tekstil untuk dijadikan benang. Tapi ini masih membutuhkan proses dalam produksi,” kata Wibowo dalam salah satu diskusi online serat alam, Senin (11/1/2021).
Ia menjelaskan, serat rami bisa diolah menjadi INA grass untuk kebutuhan tekstil, pita kerok dan pita kering untuk kebutuhan kerajinan.
“Pita kerok dan pita kering itu kita olah dari serat rami secara manual. Untuk pita kerok, kita gunakan pisau untuk menghilangkan kulitnya baru dijemur. Sementara pita kering itu kita kelupas dulu baru dijemur,” urainya.
Sebagai bahan baku tekstil, Wibowo menyatakan, Indonesia masih menghadapi beberapa masalah.
“Pada proses degumming, yaitu proses mengubah INA Grass menjadi degum fibre, masih menggunakan cara lama. Di mana dari bahan baku yang diolah, belum bisa 100 persen. Masih 60 persen,” urainya.
Selain itu, biaya produksi masih mahal karena pemanasan dilakukan dengan kayu bakar.
“Di sinilah, dibutuhkan penelitian pengembangan teknologi. Misalnya untuk mesin degumming, sehingga proses produksi bisa optimal dan biaya produksi bisa ditekan. Dan juga harus dikembangkan mesin pemintal serat panjang untuk mengolah rami. Karena mesin pemintal kapas merupakan serat pendek. Jadi kalau digunakan untuk rami, harus melalui proses cutting terlebih dahulu,” ungkapnya.