PR yang Harus Segera Dituntaskan oleh Kemdikbud

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Karena bukan alat ukurnya yang penting tapi perawatan dari hasil alat ukur yang ada,” tandasnya.

Hal yang sama juga disampaikan Indra terkait komunikasi Kemdikbud memang lebih sering bersifat taklimat. Alias komunikasi satu arah yang bersifat pengarahan.

“Kalau media saja susah mendapatkan berita tentang apa saja kegiatan dan penjelasan program Kemdikbud, bayangkan bagaimana nasibnya kepala sekolah, para guru, para peserta didik, dosen dan dinas pendidikan. Pasti tidak ada juga. Akhirnya menimbulkan kebingungan pada masyarakat,” ucapnya.

Sekarang bermunculan bimbel atau try out UN yang dinyatakan Kemdikbud tidak perlu ada.

“Padahal kan semua itu muncul karena komunikasi tidak ada. Jadi tidak jelas. Semuanya bingung,” ucapnya lagi.

Masalah yang sama juga ditemukan pada pembuatan Peta Jalan Pendidikan yang hingga hari ini juga belum tertuntaskan.

“Membuat peta jalan itu belajar dari Go-jek. Diawali dengan titik jemput di mana, mau ke mana baru bisa ditentukan biayanya berapa. Isinya harus seperti itu. Kita ada di titik mana, mau ke mana. Baru ditentukan berapa lama kita membutuhkan waktu untuk sampai ke titik tujuan dan berapa biayanya. Dan di dalamnya ada akses, mutu, manajemen sumber daya, implementasi dan evaluasi,” kata Indra.

Ia menyatakan, tanpa adanya peta jalan maka tidak jelas pendidikan Indonesia ini ada di mana dan mau dibawa ke mana. Ini bagaikan pekerjaan rumah atau PR yang harus tuntas.

“Yang ada sekarang tidak jelas. Kita di mana, mau dibawa ke mana, anggaran berapa. Ini harusnya segera dibenahi. Atau teman-teman di Kemdikbud tidak mampu? Janjinya, enam bulan setelah dilantik akan jadi. Sekarang sudah setahun, tapi belum jadi juga,” ujarnya tegas.

Lihat juga...