Sektor Pertanian Mampu Bertahan Tatkala Pandemi Covid-19
Pembangunan pabrik pengolahan beras modern di Kabupaten Sumbawa, sudah terlaksana pada Agustus-September 2020. Hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan.
“Nanti kehadiran pabrik tersebut bisa menjadikan beras yang diolah menjadi lebih baik kualitasnya,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Lalu Iskandar mengatakan bahwa satu-satunya sektor pertanian yang pertumbuhannya 12 persen pertahun dalam situasi pandemi COVID-19 dibandingkan dengan sektor lainnya.
Artinya ada dampaknya tapi tidak terlalu parah seperti sektor lainnya seperti pariwisata, perindustrian, perdagangan.
“Karena faktanya petani tidak pernah berhenti mengolah tanah, menanam, memanen dan menjual hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Sehingga petani dikatakan sebagai pahlawan pangan,” katanya.
Curhat Petani
Sementara itu salah satu Sekretaris Kelompok Tani Beriuk Pade Desa Tanak Rarang, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, Sudirman mengatakan pandemi tersebut tidak berdampak pada petani khususnya karena petani tetap melakukan penanaman padi.
Namun yang paling berdampak bagi petani itu adalah harga pupuk yang mahal dan langka serta obat-obatan.
“Dampak pandemi tidak begitu besar. Tapi pupuk langka yang buat petani sangat terdampak,” katanya.
Ditegaskan, biaya produksi petani itu naik, ketika harga pupuk yang melambung tinggi dua kali lipat Rp600 ribu per kuintal dari harga pupuk subsidi Rp200 ribu per kuintal.
Sedangkan harga padi saat paneh biasanya menurun, sehingga pihaknya berharap bantuan dari pemerintah supaya ditingkatkan terlebih di saat pandemi ini.
“Harga pupuk yang mahal. Harapan supaya ada bantuan pupuk gratis bagi petani dan pupuk tidak mahal,” katanya.