Sektor Pertanian Mampu Bertahan Tatkala Pandemi Covid-19

“Mau pandemi mau tidak, petani tetap bekerja di sawah,” ujarnya.

Ketua Kelompok Tani Harapan Baru Desa Gemel, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah Japar mengatakan hal yang berbeda, bahwa pandemi itu berdampak kepada petani, karena daya beli masyarakat terhadap beras petani itu menurun, terlebih adanya bantuan raskin yang diberikan kepada masyarakat.

“Terdampak juga, harga gabah murah, daya beli masyarakat menurun,” katanya.

Oleh sebab itu pihaknya berharap adanya bantuan dari pemerintah selain bantuan bibit padi, karena ekonomi petani itu juga ikut menurun dampak dari pandemi tersebut.

“Harapan ada bantuan uang untuk biaya tanam. Karena harga pupuk saat ini mahal dan langka. Petani juga terdampak,” katanya.

Syukur salah satu petani di Desa Gemel mengatakan pandemi COVID-19 itu pada dasarnya tidak ada dampak pada petani. Asalkan, kebutuhan pupuk dan air bagi petani itu bisa terpenuhi dan sesuai dengan harapan petani.

Namun yang terjadi saat ini semua petani di Lombok Tengah khususnya mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi dan harga pupuk yang mahal Rp600 ribu per kuintal yang nonsubsidi.

“Pupuk langka akibat pandemi ini. Berdampak juga kalau itu. Tapi kalau aktivitas petani tentu tidak, karena petani tetap melakukan penanaman,” katanya.

Menurutnya, dampak pandemi ini mengakibatkan ekonomi masyarakat sehingga ekonomi petani juga menurun karena produksi tanam semakin mahal dengan harga pupuk yang tinggi. Sehingga pihaknya berharap adanya bantuan dari pemerintah yang lebih di saat pandemi tersebut.

“Harapan ada bantuan lebih di saat pandemi. Kalau saat ini benih saja yang diberikan,” katanya.

Lihat juga...