Taubat, Warisan Nabi Adam Alaihissalam
OLEH: HASANUDDIN
Lalu Allah memberinya kalimat “Rabbana dholamna amnfusana, waa inlam tagfhirlana, wa tarhamna lanakunanna minal hasiriin“. Adam pun lalu mengucapkan kalimat tersebut sebagai wujud akan syukur kehadirat Allah swt yang telah memulihkan eksistensinya, memulihkan kesehatan dan potensinya, karena telah menzalimi dirinya sendiri.
Adam kembali sadar akan dirinya sebagai hamba Allah. Kembalinya kesadaran kehambaan dari Adam, dan penyerahan dirinya secara totalitas kepada kuasa sebagaimana yang dikehendaki Allah, itulah yang disebut inabah. Inabah artinya kembali. Dari kata inabah inilah muncul istilah taubat. Taubat dengan demikian berarti kembali atau inabah kepada Allah.
Dan barangsiapa yang bertaubat, Allah pasti terima pertaubatannya, mengampuni segala dosanya yang telah lampau, dan mengembalikan eksistensinya sebagai hamba. Hamba adalah sebuah eksistensi yang mutlak adanya bagi seseorang yang ingin berada dalam naungan, bimbingan, kasih sayang dan perlindungan dari Allah swt.
Inilah warisan dari Adam alaihissalam kepada kita semua. Pertama adalah warisan berupa ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu yang pernah diajarkan Allah kepada manusia. Kedua adalah ajaran tauhid yakni tidak mensyarikatkan Allah swt. Ketiga, taubat sebagai solusi atas setiap persoalan yang dihadapi umat manusia.
Rasulullah Muhammad saw memberikan keteladanan kepada kita, bahwa beliau melakukan pertaubatan dengan beristigfhar setiap hari minimal 70 kali. Rasulullah Muhammad saw adalah kekasih terdekat Allah swt, yang setiap kesalahannya diampuni oleh Allah sehingga maksum dari segala dosa. Namun tetap beristigfhar setiap saat. Ini tiada lain agar kita meneladaninya. Karena sesungguhnya apa yang disunnahkan bagi diri Nabi saw, tiada lain adalah rahmat, rezeki bagi orang yang beriman.