Usaha Jual Beli Kayu Bakar Janjikan Keuntungan Berlipat
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Berkeliling ke sejumlah pelosok kampung menggunakan motor dilakoni Sudakir (42).
Warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) itu mencari pemilik kayu bakar untuk dibeli. Kayu bakar sebutnya bisa diperoleh dari pohon yang masih berdiri atau roboh karena angin. Setelah ada kesepakatan ia akan membeli pohon untuk ditebang.
Sudakir bilang jenis kayu yang kerap dijual oleh warga di antaranya jengkol, petai, mahoni dan pohon lain yang tidak produktif. Berbagai jenis pohon lain yang bisa digunakan untuk kayu bakar dibeli dengan sistem borongan. Selain pohon kayu tidak produktif, limbah sisa penggergajian bagian sebetan, ranting juga jadi incarannya.
Bermodalkan uang Rp500.000 ia memulai usaha tersebut sejak belasan tahun silam. Semula ia melihat peluang usaha kecil tersebut saat mengunjungi pembuatan batu bata, genteng di Palas. Harga kayu bakar ukuran satu mobil L300 kala itu sebutnya mencapai Rp100.000. Kini meningkat menjadi Rp350.000. Sebab kayu bakar semakin banyak dibutuhkan oleh warung makan.
“Penggunaan kayu bakar untuk sektor usaha produksi batu bata, genteng masih sangat tinggi kebutuhannya. Saat ini pemilik usaha rumah makan, warung makan, produksi kerupuk kemplang, tahu dan tempe sangat memerlukan kayu bakar untuk pengolahan bahan baku,” terang Sudakir saat ditemui Cendana News, Selasa (5/1/2021).
Menjalankan usaha yang jarang dilirik orang tersebut, Sudakir membawa alat gergaji mesin dan golok. Ia membeli gergaji mesin ukuran kecil Rp1,5 juta untuk memudahkan pemotongan kayu. Pembelian tersebut memakai keuntungan usaha yang telah dilakoninya. Proses pemotongan kayu memakai gergaji mesin lebih cepat dibanding kapak dan gergaji manual.