WHO Menyebut, Pelonggaran Kunci COVID-19 di Eropa Terlalu Dini

Sebuah truk, memblokir jalan tol M20 dimana truk-truk mengantri menuju pelabuhan Dover, saat negara Uni Eropa memberlakukan larangan perjalanan dari United Kingdom menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), di dekat Ashford, Inggris, Rabu (23/12/2020) – Foto Ant

JENEWA – Tingkat penularan COVID-19 di Eropa masih sangat tinggi, sehingga membuat layanan kesehatan, saat ini begitu kewalahan. Oleh karenanya muncul penilaian terlalu dini, bagi kebijakan untuk melonggarkan penguncian COVID-19.

“Kita perlu bersabar, perlu waktu untuk melakukan vaksinasi. Kita sudah pernah memetik pelajaran yang berharga-membuka dan menutup, dan membuka kembali pembatasan sosial bagi (masyarakat) secara terburu-buru merupakan strategi buruk dalam upaya mencegah penularan virus corona,” kata Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Kawasan Eropa, Hans Kluge, dalam acara konferensi daring, Kamis (28/1/2021).

Tingkat penularan di seluruh Eropa disebutnya masih sangat tinggi. Hal itu , berdampak pada sistem kesehatan. Dan menyebabkan layanan kesehatan kewalahan. “Terlalu dini untuk berleha-leha. Menekan penularan membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan konsisten. Ingat, lebih dari 3 persen orang di kawasan telah terinfeksi COVID-19. Area yang pernah mengalami wabah parah bisa terkena lagi,” kata Kluge.

Dia menyebut, sebanyak 35 negara di Eropa telah meluncurkan program vaksinasi, dengan pemberian 25 juta dosis vaksin. Data tersebut merupakan catatan hingga Kamis (28/1/2021). “Vaksin ini telah menunjukkan keampuhan dan keamanan, yang kita semua harapkan. Kerja keras luar biasa ini akan menghilangkan tekanan terhadap sistem kesehatan kita dan pastinya menyelamatkan nyawa,” jelas Kluge.

Kluge mengatakan, tingkat penularan yang masih tinggi dan kemunculan varian baru COVID-19, membuat upaya vaksinasi kelompok prioritas menjadi hal yang mendesak. Namun ia menilai, tingkat produksi dan distribusi vaksin sejauh ini belum memenuhi harapan. “Paradoks ini, di mana masyarakat merasakan ada akhir (pandemi) dengan adanya vaksin, tetapi pada saat yang sama, mereka diminta untuk mematuhi aturan pembatasan dalam menghadapi ancaman baru. Hal ini menyebabkan ketegangan, kecemasan, kelelahan dan kebingungan. Ini dapat dipahami sepenuhnya dalam kondisi saat ini,” tutur Kluge. (Ant)

Lihat juga...