Digitalisasi Penjualan Tiket Kapal/Tol Buka Peluang Usaha Baru
Editor: Makmun Hidayat
Sebagian pelaku perjalanan memilih naik kapal reguler dan sebagian memilih kapal eksekutif. Pembeli tiket akan mendapatkan bukti pembelian berupa barcode. Struk kertas dan juga struk digital akan disimpan pembeli tiket dengan administrasi Rp1.500 hingga Rp3.000. Khusus untuk motor administrasi Rp5.000 dan mobil bisa mencapai Rp10.000 perunit. Semua biaya administrasi digunakan untuk menyokong operasional.
“Kami gunakan biaya administrasi untuk mengganti beban internet, listrik dan karyawan sehingga sebetulnya keuntungan tipis,” terang Sarman.
Meski keuntungan tipis berkisar Rp500 hingga Rp1.000 per transaksi, namun dalam sehari ratusan transaksi bisa dilayani. Saat pandemi Covid-19 dengan adanya pembatasan perjalanan minimal bisa diperoleh lebih dari 100 transaksi. Sementara sebelum Covid-19 sehari transaksi jasa pembelian tiket bisa lebih dari 300 transaksi. Semua transaksi tersebut bervariasi dari penumpang pejalan kaki, motor dan mobil.
Meski keuntungan sedikit, sektor usaha memanfaatkan migrasi sistem digital dalam pembelian tiket jadi peluang usaha. Belajar dari pengalaman satu orang yang sukses,sejumlah warga mulai melirik usaha tersebut. Berbekal aplikasi smartphone sejumlah warga bahkan bisa membuka usaha sejenis. Potensi omzet harian bisa ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Muhamad Idris, komisaris PT Hanmar Multi Talenta menyebut usaha tersebut telah dilakukan lima tahun silam. Sebelumnya transaksi berbasis kartu tempel (tapping). Pelaku perjalanan akan membeli kartu uang elektronik seperti kartu ATM. Bank penerbit diantaranya Mandiri, BCA, BRI dan BNI. Namun pembayaran sistem nontunai bermigrasi ke digital.