Dolar AS Menguat, Pound Capai Tertinggi 3 Tahun
NEW YORK — Dolar AS sedikit menguat pada akhir perdagangan Selasa sore (Rabu pagi WIB), setelah ketua Federal Reserve AS Jerome Powell menolak pernyataan bahwa kebijakan moneter yang longgar berisiko melepaskan inflasi, sementara pound Inggris naik ke level tertinggi baru dalam tiga tahun terakhir.
Meningkatnya kemungkinan Kongres akan meloloskan rencana stimulus Presiden Joe Biden sebesar 1,9 triliun dolar AS telah memicu kekhawatiran tentang kemungkinan lonjakan inflasi. Seiring meningkatnya ekspektasi tersebut, begitu pula popularitas dari apa yang disebut perdagangan reflasi, yang bulan ini telah menarik dolar lebih rendah.
Tetapi dalam kesaksian di depan Komite Perbankan Senat AS, Powell mengatakan bank sentral akan mempertahankan kebijakannya karena memusatkan perhatian untuk membuat warga Amerika kembali bekerja.
“Perekonomian masih jauh dari tujuan pekerjaan dan inflasi kami, dan kemungkinan akan membutuhkan waktu untuk mencapai kemajuan substansial lebih lanjut,” kata Powell.
Powell pada 2020 mengatakan bank sentral akan bersedia membiarkan inflasi berjalan lebih tinggi dari tingkat targetnya untuk periode waktu tertentu agar rata-rata 2,0 persen.
Sementara Powell tidak meredakan ketakutan inflasi, dukungan keseluruhan bank-bank sentral untuk ekonomi mungkin telah membuat dolar relatif bertahan pada Selasa (23/2/2021).
“Untuk dolar, belum diputuskan mengenai ke arah mana langkah besar selanjutnya, meskipun untuk saat ini, kekhawatiran inflasi dapat diimbangi oleh harapan untuk pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat, karena distribusi vaksin diperkirakan akan meningkat di minggu-minggu mendatang,” kata Ronald Simpson, direktur pelaksana analisis mata uang global untuk Action Economics, dikutip dari Reuters.